"لَبَّيْكَ اَللَّهُمَّ لَبَّيْكَ, لَبَّيْكَ لاَشَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَشَرِيْكَ لَكَ

Manasik Haji



MANASIK HAJI
SEBAGAI MOMENTUM PERUBAHAN

وَإِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِّلنَّاسِ وَأَمْناً وَاتَّخِذُواْ مِن مَّقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى وَعَهِدْنَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ أَن طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ
Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadi kanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, yang iktikaf, yang rukuk dan yang sujud". (QS Al-Baqarah 125)
 Setelah sekian lama Siti Hajar dan ismail menempati daerah mekkah yang menjadi oase semenjak me ngalirnya sumber air zam zam, tempat itu menjadi tempat singgah para kafilah dan akhirnya menjadi sebuah kota kecil. Allah SWT me merintahkan Nabi Ibrahim untuk menjadikan tempat itu sebagai tempat shalat, dan membersih kannya untuk orang-orang yang thawaf, I’tikaf, ruku, dan sujud
وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".(QS Al-Baqarah 127)
 رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِن ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
 Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. (QS Al-Baqarah 128)

Manasik haji dimulai tatkala Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail selesai menuntaskan renovasi Ka’bah. Semua gerakan ibadahnya adalah rekaman dari pengalaman dan ujian terhadap keluarga Ibrahim yang mengantarkannya pada posisi pemimpin umat manusia (inni jaa’iluka linnaasi imaaman – QS 2/124)
Pada masa Rasulullaah saw momentum haji (haji akbar) sebagai permakluman berlepas diri dari kaum musyrikin (innallaahi bariium minal musyrikiina wa rasuuluhu – QS 9/3). Dan peristiwa haji tersebut mengantarkan kemenangan Rasulullaah atas para pemimpin musyrikin dan ahli kitab, kemenangan Islam atas agama yang lain (liyuzhhirahu ‘aladdiini kullihi – QS 48/28)
Kemenangan itu tidaklah mudah. Rasulullaah melaluinya dengan berbagai ujian dan peperangan. Semenjak Rasulullah dihinakan di kota Mekah, kemudian beliau hijrah, setelah itu membangun pemerintahan yang kuat di Madinah, dan akhirnya futhuh mekkah.
Semua itu adalah usaha yang dipenuhi dengan berbagai pengorbanan harta dan jiwa para mujahid, penuh dengan jejak para syuhada, Yasir yang terbelah tubuhnya, hamzah yang tercabik jantungnya, usamah dengan puluhan luka di tubuhnya, dan banyak lagi para shahabat yang menopang tegaknya dinulhaq, Islam.
وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لاَ تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ لِلّه فَإِنِ انتَهَوْاْ فَإِنَّ اللّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. (QS. Al Anfaal 39)
Perjuangan Rasulullah saw tersebut diakhiri dengan manasik haji sebagai simbol kesempurnaan dinul islam.
Kesempurnaan dinul islam yang pada saat itu ditandai dengan dua hal (QS 5/3):
1.Putus asanya orang kafir (Al yauma yaisalladzina kafaruu min diinikum falaa takhsyauhum wakhsyauni)
2.Sempurnanya aturan Allah (Al yauma akmaltu lakum diinakum wa atmamtu ‘alaikum ni’matii wa radhiitu lakumul islaamadiinan)
Pertarungan haq dan bathil terus bergulir ibarat roda yang berputar. Tidak pernah dan tidak akan pernah terjadi adanya kompromi antara haq dan bathil. Keduanya memiliki batas pemisah yang jelas. Jika penegak al haq berada di puncak, maka masyarakat al bathil putus asa. Dan jika al bathil berkuasa, maka al haq akan teraniaya. Demikian Allah pergilirkan di antara manusia (nudaawiluha bainanaas QS 3/140).
Sudah tidak bisa dipungkiri, hari ini supremasi al bathil mendominasi dunia, berbagai aspek dikuasainya, dari politik hingga budaya. Terasa sekali muslimin tidak berdaya. Di berbagai belahan bumi, negara-negara yang mayoritas muslim diacak-acak atas nama demokrasi. Isu terorisme ditebar dimana-mana untuk melemahkan kesatuan muslimin, di antara muslim saling curiga, penuh rasa khawatir, takut, dan akhirnya muslim mulai menjauh dari prinsip nilai Islamnya. Dan itulah yang dikehendaki syaithan laknatullaah.
Program-program syethan yang dikemas dengan kemasan kebebasan, demokrasi, dan hak azazi manusia mulai digandrungi masyarakat muslimin. Di mana-mana simbol-simbol jahiliyyah tampil dan disukai muslimin. Pakaian yang konon islami tetapi mempertontonkan auratnya, perilaku mubazir, orientasi terhadap pelampiasan hawa nafsu, pemenuhan rasa suka yang mengabaikan cinta kasih Allah, dan berbagai fenomena lain menjadi bukti semakin jauhnya muslimin dari upaya memurnikan pengabdiannya kepada Allah.
Ibadah haji adalah suatu simbol kemenangan. Kemenangan individu atas hawa nafsunya,  kemenangan umat atas dominasi kafirin.
Manasik haji adalah tempat ditempanya jiwa-jiwa muslim, dari mulai niat memenuhi panggilan-Nya, labaik Allaahumma labaik, labaik laa syarika laka labaik, innalhamda wa ni’mata laka wal mulk, laa syariikalak, lalu wukufnya di arafah mengungkapkan taubat dan menancapkan niat dan tekad, melempar jumrah sebagai simbol kebencian terhadap jahiliyyah, thawafnya sebagai ikrarnya untuk semata berotasi dalam lingkaran pengabdian kepada Allah. Semua itu dilakukan secara terangkai dan teratur untuk menggapai haji yang mabrur, Allaahumma inni as’aluka hajjam mabruura wa dzamban maghfuura, ya Allah kami memohon kepadaMu haji yang diterima dan dosa yang diampuni.
Perlulah ditekadkan akan adanya perubahan kearah kebaikan tatkala kembali dari menunaikan ibadah haji.
Perubahan individu yang semakin bersih dalam pengabdiannya kepada Allah, perubahan dalam keluarga yang semakin menampakkan keluarga yang Islami. Semakin nyata dalam perilakunya untuk jihad fii sabilillaah. Semakin kentara akhlaqnya yang semakin cinta kepada keimanan dan qalbunya semakin  terhiasi oleh keimanan itu, serta tampak jelas rasa bencinya terhadap kekafiran, kefasikan, dan perbuatan dosa (wa laakinnallaaha habbaba ilaikumul iimaana wa zayyanahu fii quluubikum wa karraha ilaikumul kufra wal fusuuqa wal ’ishyaan – QS 49/7).
Oleh-oleh yang terbaiknya adalah kesiapan untuk berjuang memerangi kejahiliyahan. Hati yang kokoh dan bulat :
  • Siap untuk mencurahkan pikirannya dalam mengikuti jejak-jejak Rasulullaah,
  • Siap untuk menetapkan nilai kebajikan tidak ke timur dan tidak ke barat, tetapi kebajikan itu semata keimanannya kepada Allah (QS 2/177),
  • Tekad untuk senantiasa berfikir dan bertindak ikhlas/obyektif, bukan karena keluarga, bukan karena sejumlah materi, tetapi karena Allah, Rasul dan jihad.

Semoga ikhwan rahiimakumullaah diberi kekuatan dan kelapangan dalam mengikhlaskan pengabdian dan dapat menggapai haji yang mabrur.
Berkata Umar r.a : ”saya minta izin kepada Nabi untuk mengerjakan umrah, maka diberinya izin serta sabdanya : laa tansanaa yaa akhi min du’aa ika (janganlah lupa mendo’akan kami, wahai shahabat) (HR Abu Dawud)
Semoga Allah membekalimu dengan ketaqwaan, diampuni segala dosamu, dan semoga dimudahkanNya bagimu kebaikan di manapun kalian berada.
Alllaahumma taqabbal minna innaka antal aziizul hakiim

Oleh H Bambang Subekti

Video Manasik Haji